Bismillah...
Hari ini enaknya ngapain yah
Enggak tau
hari ini nggak ada cerita asik, jadi ku habiskan aja untuk bernostalgila, eh salah, maksudnya bernostalgia di zaman itu.
Jadi teringat hari dimana kita pergi study tour ke soppeng. Tiga hari memang singkat, mungkin sangat singkat, tapi banyak momen yang tak terlupakan.
Hari pertama, kita berangkat menggunakan bus yang lumayan sempit. Ada sekitar tujuh bus yang digunakan untuk pergi ke kampungku, soppeng kota yang pemandangannya masih asri nan indah. Soppeng yang selalu membuatku rindu lagi untuk ke sana.
Aku duduk di bus yang bertuliskan X.2, bus yang dikatakan cukup sempit ini membuatku sesak namun cukup nyaman sih. Di sampingku, eorang putri guru fisika alias Nayla Qurnillah duduk dan menyandarkan kepalanya di bahuku yang kecil, berat sih, tapi nggak papa.
Sepanjang perjalanan, aku sangat menikmati pemandangan yang indah itu, pemandangan yang sangat jarang kutemukan di daerah perkotaan (kan anak kota geto...hehehe sok). Satu yang membuatku agak risih adalah kursi yang menjadi sandaran kepalaku terlalu maju jadi nggak bisa sandar dengan nyaman, akhirnya aku bersandar di jendela bus itu, setidaknya itu lebih nyaman ketimbang harus sandar di kursi yang sandarannya maju, nanti leherku sakit lagi.
Diperjalan kita singgah sebentar, disebuah warung, entahlah warung apa namanya yang kuingat hanya warung. Di tempat itu aku beli makanan dan berfoto-foto ria.
Lalu lanjut lagi. Tak sepi, suasana ditempat itu sungguh tak sepi, temanku sibuk melawak, menyanyi,dan pattotoai sama kernek mobil ini. jadi seru banget, tertawa mereka masih teringat dengan jelas di ingatanku.
Tiba, kita tiba di hotel Aman, hotel yang direkomendasikan oleh pak yang melantunkan single“oh jelas, pasti”, maksudnya ia selalu mengatakan “oh jelas, pasti”. Udah ada bayangan siapa orangnya? Yaps, bener banget itulah dia Pak Ismail Daud. Lokasi hotel ini tak cukup jauh dari mesjid raya soppeng. Ditempat ini aku tinggal sekamar dengan sebelas orang lainnya. Mungkin kamar inilah yang paling full penghuni tapi paling tentram alias pendiam penghuninya.
Hari pertama nggak ada aktifitas yang berarti, makan minum, shalat, tidur semua terlihat flat. Mungkin akan berbeda rasanya jika waktu sore hari aku ikut bersama temanku ke SMAN 1 Soppeng dan menonton pergelaran Marching Band-nya, tapi sayangnya aku lebih memilih untuk berlayar dilautan kapuk karena kecapean di perjalanan tadi.
Malam hari temanku sibuk main UNO. Fathimah mencoba main juga, shasa teman aku menyengka kalau fathimah nggak tau main begituan, tapi ia kaget karena ternyata Fathimah jago main UNO, dia juga menang.
Sasa said kurang lebih kayak begini: “fathimah, itu kartu 6 + dikasih turun supaya menangki”
Fathimah said kurang lebih kayak begini: “kutauji kodong”
Suasana jadi semakin lucu, sasa ketawa cengar,cengir
Sasa said: “oh..kubilang ndak kita tau, fathimah”
Malam hari, ada tragedi loh, Khairunnisa Mursalim yang akrab disapa Icha terjebak dalam kamar mandi, kami semua sibuk memberi semangat agar Icha bersabar, kami juga berdoa agar Icha cepat keluar dari sana. Kamar mandinya nggak mau terbuka, bagaimana ini? satu hotel kaget loh, ditempat ini gadus dengan suara sorak yang ingin membuat Icha bersabar dan semangat. Bapak pemilik hotel sudah berusaha membuka pintu kamar mandi, bapak itu mendongkrak pintunya dengan badannya masih belum terbuka, setelah mungkin kurang lebih setengah jam akhirnya Icha dapat keluar, pengen banget aku meluk Icha, tapi nggak jadi aku Cuma mengucap syukur, Alhamdulillah.
Kami tidur satu kasur 6 orang, full benar. Iya, kami nggak bisa gerak banyak. Seperti kue lapis yang dipotong 6 bagian, bagian kami yah itu aja. (perumpamaan yang geje, nggak usah dihiraukanlah)
Hari kedua, adventure began. Yeah ini adalah hari yang paling menyenangkan, kita pergi ke lejja, tempat permandian air panas di soppeng. Jalan ke sana Masya Allah banget, kayak roller coaster, teman aku sih nggak tahu kenapa selalu bilang hati-hati sama sopir busnya, tapi aku seneng banget kalo kayak gini, seperti naik roller coaster betulan. Kalo ditikungan tajam aku selalu bilang “Asik sekali”, temanku malah bilang “hati-hatiki om bawa mobil”. Siapa yang salah settingan adrenalinnya yah? Entahlah, yang penting have fun aja.
Sebagian temanku yang lain sibuk foto-foto, melawak, dan menyanyi. Agak risih sih sebenarnya yah tapi aku mencoba untuk menikmatinya ƪ(ºơº)˩. Lama kalamaan aku menikmatinya juga, aku Cuma cengar cengir karena dengar suara temanku, dan lawakannya.
Tiba di lejja, eh belum...kita baru tiba di tempat parkirnya. Wadowh... guru aku bilang kalau aku harus berjalan dari tempat parkir ini sampai ke permandian lejja yang jauhnya mungkin kira-kira 200 meter sambil mengumpulkan 10 daun dari pepohonan di Lejja itu dan menuliskan nama famili daun tersebut. Asik sih tapi huawk...huawk...huawk...(׳º׳Δ׳º׳), kakiku pegel banget.
Pohonnya juga pada tinggi-tinggi, dan teman kelompok aku, Fathimah juga nggak bisa meraih daun pepohonan itu. tolong...tolong. untuk Gede datang, Gede yang bisa dibilang cukup tinggi bisa meraih daun di pohon itu, thanks Gede. ҇ ơ ҇
Ketika aku menuju lokasi permandian, mataku kepincut pohon besar yang bersinar, berwarna putih ditengah-tengah pohon berwarna coklat nan tinggi. Aku nggak tahu itu pohon apa, tapi sumpah dia bersinar karena warnanya yang putih (kalian liat gambar diatas nggak, disebelahnya itu ada pohon putih, itulah pohon yang bersinar, perhatikan deh). Awalnya aku pengen banget kesana, tapi karena tiba-tiba guru aku, ibu Mus datang dan larang-larang gitu, nggak jadi deh, padahal banyak banget teman aku yang pergi kesana, jadi nyessal deh nggak kesana.
Lanjut lagi perjalananku, lagi-lagi mata aku kepincut sama lipan atau kaki seribu atau entahlah apa namanya, warnanya aneh dan lipan ini agak besar dibandingkan cacing yang lain.Sih fathimah malah nusuk-nusuk tubuhnya dengan ranting pohon itu, lalu difoto deh.
Huawk...diujung jalan saat hampir tiba di lokasi permandian itu ternyata ada anjing besar banyak lagi. Eh, tapi anjingnya nggak ngejar aku jadi have fun aja, awalnya sih aku pengen banget lari, tapi anjingnya juga nggak ngapa-ngapain yah udah. Anjing itu Cuma melihat, aku berjalan, dia seperti mata-mata gitu deh. Pasti aku cantik, jadi diliatin sama anjing itu (wlah sok kecantikan, biarin aja..hehehe).
Tiba di Permandian Lejja. Pemandangan yang indah. Sekitar ada tiga kolam. Kolam pertama, pendek tapi panas, kedua sedang. nggak terlalu panas, dan kolam ketiga dalam tapi nggak terlalu panas juga.
Sebenarnya aku udah berapa kali ketempat ini. hanya ssaja suasana kali ini sungguh berbeda, karena teman-teman aku pada ikut.(satu angkatan, banyak yah!)
Kami makan-makan disana, sebagian lainnya ada yang pergi mandi, pergi foto-foto apalagi, dan aku hanya bertengger di sebuah rumah yang disewa sekolah sebagai tempat peristirahatan di Lejja ini, tak lama aku mulai melangkahkan kakiku,selangkah, dua langkah, tiga langkah untuk berjalan-jalan ditempat ini. belum berjalan jauh, ternyata oh ternyata teman aku mau ketoilet, yah (º‚º) aku temanin lagi deh. Setibanya di toilet itu. ada toilet tiga berjajar, tapi ternyata eh ternyata lagi..Cuma satu yang berfungsi, mana antriannya panjang lagi. Di belakang kami, kalau tak asalah ada ibu-ibu hamil, jadi kami persilahkan beliau dulu untuk memfungsikan eh salah...bukan memfungsikan tapi mensetengah fungsikan, karena sungguh kamar mandinyapun nggak normal fungsinya juga jadi nggak optimal alias kotor tapi aku masih bersyukur akan lebih parah lagi kalau tak ada satupun dari kamar mandi itu yang berfungsi, kita buang air dimana dong kalau toilet nggak ada.
Setelah selesai memfungsikan toilet itu, ternyata kita udah pada mau kembali ke bus, hufh...baru juga mau pergi jalan-jalan, eh udah harus kembali kebus itu lagi. Jadi nggak bisa nikmati pemandangan indah disana deh, tapi nggak papa, kita kembali naik roller coaster.
Heits...tapi,tapi,tapi kok ada yang aneh yah. Pas kami mau pergi ketempat parkir, kami dilarang memakai rute yang sama. Kata guru kami kami harus menaiki tangga yang ada dipojokan sana jadi lebih cepat sampai di Tempat parkir. Apa????kenapa pas nyampe ditempat ini kita nggak ambil rute ini aja, rute pertama kita harus jalan 200 meter lalu sampai ketempat permandian, rute ke dua kita hanya naik dan menuruni tangga yang panjangnya mungkin 50 meter doang. Ih....jadi sebel banget deh, kan kaki nggak perlu sakit seperti ini.
Waktu itu aku curhat emosi sama teman aku, ternyata dibelakang ada guru. Hehehe jadi malu...terus guru aku jadi angkat bicara deh. “itu buat olahraga kalian”kata pak Said guru olahragaku. Aku Cuma jawab “oh...oh....oh..iya pak” sambil cengar cengir geje khasku, masih malu aku hehehe...
Tiba di bus kami, next adventure is the house of butterflies alias rumah perkembang biakan kupu-kupu, eh kalian tahukan kalau soppeng merupakan kota penghasil sutra di Sulawesi Selatan. Yaps, karena itu kami kesana, untuk melihat metamorfosis kupu-kupu yang diambil benangnya pada saat menjadi kepompong.
Tiba disana, aku melangkahkan kaki bersama temanku kerumah itu. rumah yang terlihat tua, tapi menyenangkan. Disana ada ibu-ibu yang ramah, pemilik rumah yang menhasilkan benang untuk dijadikan sutra itu. jadi waktu itu , aku dan kawan-kawan dapat tugas dari pak Ismail untuk membuat laporan tentang pengembangbiakan ulat daun yang dikembangbiakkan dirumah ini, dari telur sapai jadi kupu-kupu, selain itu benangnya digunakan untuk apa dan menghasilkan apa pula.
Oleh karena tugas itu, aku berspek-spek ria pada ibu ramah tersebut, aku bilang ibu ramah karena beliau sangat ramah, selain itu karena aku lupa dengan namanya, hehehee.. logat ibu, ibu, itu kentara kok logat orang Soppeng yang nada tempo bicaranya agak cepat.
Sehabis berspek-spek, aku foto-foto di tempat itu, aku juga foto ulatnya, kepompongnya, kupu-kupunya, tapi aku lupa berfoto dengan pemilik rumah tersebut alias ibu ramah itu. kami juga bercerita banyak hal, biasa kalau udah cerita agak susah berhenti,hehehe
Yah, saatnya kita berpisah dari ibu ramah. Aku kembali ke bus, sebelum naik ke bus kami sempat foto kelas dulu, walau kurang lengkap, ada beberapa temanku yang tak ikut ke Soppeng, jadi kesannya kayak foto geng.
Perjalanan selanjutnya ke rumah seratus tiang, alias Bola Siratu. (dari gambarnya aja agak mengerikan sedikit yah! hehe)
Wow...tempo doeloe banget disini. Di tempat ini juga ada peraturan anehnya, masa kita nggak boleh mengambil foto apapun ditempat ini. aneh bukan? terutama foto orang, nggak boleh. Temanku yang usil dan mencoba untuk mengambil foto di tempat ini, layar kamera HP-nya jadi oranye gitu. Sapa suruh, nggak nurut aturan sih! Hm..nggak tahu kenapa sih kok perturannya aneh kayak gitu, tapi aku nggak mau bahas terlalu jauh tentang hal ini, skip aja yah.
Setelah itu dari rumah itu, aku pergi kerumah ibu Mus, disana kita makan-makan, wuih enaknye...apalagi ada ubi goreng yang enak banget disana, terus temanku dikasih ole-ole makanan, kata ibu Mus guru bahasa Jerman disekolah aku ole-ole itu buat dimakan di bus dan dihotel, tapi kok temanku sok ogah-ogahan begitu yah padahal kan makanannya enak, dan Insya Allah halal dan baik. Tapi ya sudahlah.
Lanjut, kita kembali ke Hotel Aman. Sesuai namanya “Aman” aku ngerasa “Aman dan tentram” (walah sok). Malam hari kita makan rame-rame, guru dan murid makan bareng-bareng, suasananya aku suka banget, kayak harmonis gitu.
Selesai makan, kita shalat barang satu kamar, lalu ngerjain tugas daun-daun yang tadi yang diberikan oleh Pak Ismail juga.
Tiba-tiba saja, tolong....(heboh).
“Ada apa ini?”
“Ada apa ini?”
Teman aku pinsang, Aliyah pinsang, asmanya kambu lagi. Dia segera dilarikan kerumah sakit terdekat dari hotel ini. Anggota PMR keren banget saat itu, Utri, Dina, dan kawan yang lainnya cool banget nolongin Aliyah.
kami semua yang ada dihotel ini sangat cemas, guru aku yah pengen jenguk Aliyah malah nyasar keklinik dokter lain, wadowh lucu juga. Teman aku dikondisi genting seperti ini masih bisa mencairkan suasana dengan lawakannya, setidaknya itu membuat pikiran kami jadi jernih kembali.
Keesokan harinya, the last day. Orang tua Aliyah datang, Aliyah pulang bersama kedua orangtuanya. “Hati-hati yah Aliyah”. Sementara kami, sehabis sarapan tancap gas lagi menuju museum bersejarah dikota ini. disana kita pada jepret-jepret, alias foto-foto. Wah benda bersejarah banyak banget disini. Ada kapak persegi, flake, dan lain-lain. Lokasinya sekitar cabbenge, ternyata dulu cabbenge ini banyak dihuni manusia purba tipe megantropus atau pithecantropus gitu.
Jepret, jepret. Museum ini, dari luar tak tampak seperti museum di Monas sana, atau museum Fatahillah di jawa sana. Dari luar museum ini lebih terlihat seperti bangunan masjid kecil. Dan dari dalam terlihat gambar beserta peralatan tempo dulu. Di saat itu guru sejarah aku, paling aktif diantara kami. Beliau bertanya terus, tentang museum ini. pakaian Pak Asiz, guru sejarah aku juga persisi seperti pakaian para arkeolog yang ingin mengadakan perjalan untuk mencari benda bersejarah. Bisa kalian bayangkan? Beliau memakai topi, ransel, celana selutut.
Perjalanan terakhir adalah menuju suatu tempat diperkotaan yakni kuburan para raja Soppeng dan mengunjungi sebuah bangunan tua yang dulunya merupakan benteng pertahanan belanda, bangunan ini juga merupakan sebuah museum kecil ditengah kota.
Capek.....akhirnya selesai juga journey kita selama tiga hari disoppeng, kami kembali ke hotel Aman dan pulang ke Makassar.
The End