Malam itu masih teringat saja, saat orang berkata ‘sudahlah
istirahat dulu’. Malam yang ramai itu terasa sepi karena ayah dan ibu tak ada
di sana. Mereka pergi ke suatu tempat dan aku disini bersama tante, kakak dan
sepupu.
Entahlah, apa
masalahnya, suasananya terasa tak sama saja, aku merasa sepi. Biasanya malam seperti ini ditutup dengan
semangat yang cetar mebahana dari keluargaku. Malam ini berbeda. Mereka ada
disana dan kutahu sejuta doa telah terpanjat untukku, kesuksesanku di hari esok.
Menengok malam itu
lagi. Selama ini, aku tak tahu apa yang kulakukan. Hal yang kutahu adalah
tidurku terpangkas selama berbulan-bulan, bergelut dengan buku itu, lebih banyak
memakan buku daripada memakan makanan. Aku menjadi kurus dan orang juga bilang
begitu, tapi aku tak perduli. Berusaha, kerja keras sudah terposter depan
cerminku. Beberapa stiker telah terpasang disana. Man Jadda wa jada. Tapi satu hal yang kurang. Aku kurang istirahat, intinya seperti itu.
Esok harinya, senyum
merekah terpampang lebar di bibirku, semangat yang menggelora dan yakin dengan
hasil tryout yang selama ini cukup memuaskan membuatku semakin yakin. Aku yakin Allah bersamaku, Aku percaya.
Aku mengerjakannya begitu saja, aku mengerahkan semua
kemampuan yang kumiliki dan kupelajari. Aku yakin aku bisa.
Hingga ujian pertama
itu berakhir. Tes kedua dimulai, aku mulai mengisi informasi yang diperlukan. Pandangan mataku
terhenti pada kolom kecil, terdiri dari tiga huruf yang perlu untuk dihitamkan.
Astaghfirullah, aku lupa mengisinya saat ujian pertama. Aku sungguh tak menyadari, aku melupakan
sesuatu yang menurutku sangat crusial. Aku tak tahu, aku seperti dibuat lupa mengisi salah satu informasi
yang penting di lembar jawaban itu. Aku benar-benar lupa dan dibuat lupa. Apa
ini?kenapa ini? Apa yang salah?
Mungkin aku kurang berdoa. Bodoh bukan! Kuakui aku salah,
aku salah ya Allah. Mungkin aku kurang berdoa, aku tak tahu bagaimana perkataan
itu muncul dipikiranku. Mungkinkah aku kurang berdoa? Mungkinkah aku berdosa dan aku tak
mengingatnya? Karena aku merasa kurang berdoa. Ampuni aku, ya Allah. Ampuni
hamba yang bodoh ini. Aamiin...
Entahlah, konstrasiku untuk mengerjakan ujian kedua buyar
sudah. Bodoh!Dasar Ceroboh!
Kau tahu pertama kali pikiranku melayang ke orang tuaku, aku
tak tahu bagaimana. Apa yang akan kukatakan pada orangtuaku? Aku sudah belajar
siang malam, dan semuanya berakhir seperti ini? Air mata berderai tak
tertahankan, aku merasa sakit. Apalagi setelah, pengawas juga tak memeriksa
apapun dari lembar ujianku, tak ada informasi apapun terhadap peserta yang
meupakan informasi lembar ujiannya. Aku di buat lupa dan aku yang salah, aku
tahu.
Pengawas ruanganku cukup merasa bersalah sebab ia tak
mengecek apapun terhadap informasinya. Tapi, kepala pengawas ruangan dengan
nada dinginnya membuatku semakin ingin menangis. Aku kembali ke ruanganku dan mengerjakan
ujian kedua itu. Jika ingin berpikir, kalian pasti tahu kualitas pikiran tak
sama setelah apa yang kualami ini.
Ya Allah cobaan ini sungguh sangat menguras air mata. Bukan main,
persiapan perang masa depan menjadi seperti ini . ini Masa depan, kalian tahu dampaknya akan sangat besar. Ini masa depanku dan bagaimana nantinya? Air
mata terurai lagi. Tapi sudah mulai berkurang. Soal belum dibagikan, masih ada
sepuluh menit waktu menenangkan diri sebelum soal dibagikan.
Selama itu aku sibuk menenangkan diri. Aku berkata seperti
ini
Aku yakin Allah masih
bersamaku, aku masih percaya dan aku akan terus percaya. Anna, kita harus
semangat masih ada kesempatan untuk bisa menggapai asa, tidak ada yang tidak mungkin. Anna, kita bisa! Masih banyak
peluang.
Selama perkataanku itu, terselip doa dan linang air mata
yang tak tertahankan. Beberapakali terselip tanya, mengapa aku? Mengapa ini terjadi padaku? Mengapa? Aku menjawabnya
dengan
pasti dibalik ini
semua ada rencana Allah yang lebih baik untukku, pasti ada hikmahnya, pasti Anna.
Pasti Allah telah memberikan takdir terbaik untukku. Anna, Semangat! Bisa!Bisa!
Semoga hal ini tak akan terjadi pada kalian yah!Aamiin...
Aamiin ya Rabbal Alamiin
Saat ujian, kita harus teliti. Apalagi informasi dan data
diri. Jangan pernah menyepelakan hal itu. Pokoknya, kita harus TELITI titik. Awas
kalu tidak?! Tak makan nanti...hehehe (sok, maaf ya).
Kalaupun terjadi dan pernah kalian alami. Satu hal yang
perlu kita ingat, bahwa ada rencana Allah yang lebih besar dan lebih indah
untuk kita. Kita harus percaya, dan aku selalu percaya! Kalian? Kita harus
percaya, kita harus bangkit dari semua ini. Masa karena setitik kesalahan yang
terjadi, masa depan yang telah tersusun rapi dalam otak sirna begitu saja. Kita
harus bangkit dan kita pasti bisa! Percaya deh!Bangkit! Insya Allah ada jalan
(kayak nasyidnya Maher Zain gitu).
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the
way,
Showed me the way2x
Insya Allah3x
Insya Allah we’ll find the way (maher
Zain on Insya Allah)
Satu hal lagi yang perlu kita ingat.Jangan pernah berpikir
kalau ini semua salah Allah. Pernah aku berpikir tentang hal itu, sebenarnya.
What a big mistake that i ever done.
Oh no! Jangan pernah! Biasanya kita itu kalau lagi bahagia,
merasa ini semua terjadi karena diri kita sendiri. Giliran kena musibah alias
cobaan mereka berkata ini semua karena Allah. Hey,hal itu karena salah kita juga
kali! Siapa suruh sala! Benar nggak? Sebuah kesalahn besar yang pernah
kulakukan, padahal ini semua salah aku sendiri.
Untuk ujian Allah kali ini. aku sadar bahwa ini salahku
sendiri. Ingat yah, selalu ada rencana Allah yang lebih baik untuk kita, ketika
kita berpikir positif, percaya deh maka hal yang terjadi selanjutnya adalah hal
positif.
Bukankah Allah itu
bergantung pada prasangka hamba-Nya. Jadi berpikir positif itu penting,
ukhti!
Hal itu membuatku lebih tenang dan kembali bersemangat. Yah,
Soal dibagi. Jangan samapi hal yang sama terulang kembali. Aku mengerjakannya
lagi, meskipun ingatanku yang tadi sering datang kembali. Tapi aku tetap beruasaha.
Ujian berakhir. Aku sudah berusaha maksimal, walaupun jika
hal pada saat ujian pertama tidak terjadi aku mungkin bisa lebih maksimal lagi.
Tapi, apa boleh buat! Yah sudahlah!
Aku percaya masih ada harapan, Masih ada harapan semua akan
baik-baik saja. Insya Allah ada jalan. Insya Allah pasti akan ada yang lebih
baik.
Ukhtiku yang kusayang karena Allah. Doakan yah! Supaya semuanya
baik-baik saja! Doakan aku yah supaya lembar jawaban itu bisa terbaca! Doakan aku
yah supaya bisa menjadi dokter untuk menolong orang disekitarku karena Allah! Doakan
aku yah supaya bisa dimudahkan jalannya menjadi dokter agar bisa menggeluti bidang yang sangat kusukai itu karena Allah! Aamiin...dan semoga
kalian mendapatkan hal yang lebih baik juga. Aamiin..
Semangat ya ukhti!!!